Selamat Datang Di Blog MAKALAH DAN SKRIPSI
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog MAKALAH DAN SKRIPSI,
disini Anda dapat mencari bahan tugas hukum, ekonomi, Pendidikan, Pertanian, Sosial dan Politik. Contoh untuk hukum: makalah etika profesi dan penegakkan hukum, hukum agraria, pidana khusus, filsafat hukum, antropologi hukum, proposal penelitian hukum dan lain-lain.

Belajar Menulis: Dimulai dari Paragraf Pertama

Sebenernya aku sudah lama menulis, tapi menulis hal-hal yang gak penting, terutama di facebook. Sudah lama pula aku ingin belajar menulis, menulis sebuah cerita yang bisa menghibur, entah itu berupa cerita pendek atau berupa novel. Beberapa cerita pendek pernah aku tulis, yang judul dan ceritanya aku sendiri sudah lupa, sebagian aku pos di blog sebelah, sebagian akut tulis di facebook. Dan sebagian lagi aku ikutkan lomba-lomba. Dari lomba-lomba yang pernah aku ikuti, aku pernah juara tiga lomba menulis cerpen tingkat tiga kabupaten untuk anak sekolah menengah umum, itu jaman dulu. Sekarang kreativitas dan produktivitasku mulai menurun bahkan diambang batas nol.

Nah disini saya akan mulai menulis lagi, mungkin dimulai dari cerita pendek atau cerita bersambung. Setiap cerita diawali dengan sebuah paragraf. Untuk itu saya ingin membahas tentang paragraf, jelasnya bagaimana menulis paragraf pertama seperti penulis atau cerpenis dunia. 

Menulis paragraf pertama mungkin bukan perkara yang sulit, tapi yang sulit adalah bagaimana membuat paragraf pertama yang kita tulis tersebut menjadi menarik, dan membuat pembaca penasaran ingin membaca paragraf-paragraf selanjutnya.

Untuk belajar menulis paragraf pertama, kita bisa mulai dengan mencoba memunculkan satu masalah, dimana masalah tersebut harus diselesaikan oleh karakter. Biasanya model pembukaan paragraf seperti ini disukai banyak penulis. Karena pembaca atau bahkan manusia pada umumnya biasanya suka atau tertarik pada masalah – khususnya yang terjadi pada orang lain. Disini kita bisa lihat contohnya pada cerpen The Gift Of The Magi (1906) karya O. Henry.
Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu. Bahkan, enam puluh sen dari jumlah itu terdiri dari uang receh bernilai satu sen-an, hasil simpanannya selama ini—yang didapatnya dengan cara mendesak tukang sayur, tukang daging dan penjaga toko kelontong agar sudi menjual dagangan mereka kepadanya dengan harga termurah. Proses tawar-menawar itu tidak jarang membuatnya malu, hingga pipinya memerah, sebagaimana semua orang pasti merasakan hal yang sama jika mereka ada di posisinya. Tiga kali sudah Della mempermalukan diri. Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Lebih sial lagi, besok adalah Hari Natal.
Contoh pembukaan diatas lansung mengetengahkan pokok persoalan yang harus diselesaikan oleh karakter (Della) :
Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu…
…… besok adalah Hari Natal.
Emosi pembaca terhubung dengan cerita karena mengangkat masalah yang familar. Di Indonesia, sebagian besar kita mengalaminya –minimal- sekali setahun (cukup mengganti Natal dengan Lebaran).
Untuk menonjolkan masalah, O. Henry mendramatisir latar belakang karakter yang hidup pas-pas-an.
Lewat detail; Uang receh. Mendesak pedagang untuk memberikan harga termurah. …membuatnya  malu hingga pipinya merah…. O. Henry menunjukkan beban hidup keseharian karakternya. Informasi ini dengan sendirinya meningkatkan intensitas masalah.

Bila sebelumnya kita membahas mengenai bagaimana memunculkan satu masalah, dimana masalah tersebut harus diselesaikan oleh karakter, sebagai salah satu pilihan dalam membuat atau menulis paragraf pertama, maka pilihan berikutnya untuk membuat paragraf pertama kita bisa mulai langsung dengan aksi. Jenis paragraf pertama ini tidak bertele-tele karena lansung melompat ke tengah cerita, dimana tanpa ada latar belakang, karena sebuah insiden memotong semua latar belakang yang biasanya hadir dalam draft awal, disini saatnya aksi karakter mengambil alih cerita.

Contohnya cerpen The Man Who Shouted Teresa karya penulis Italia, Italo Calvino.
Aku menjauh dari trotoar, berjalan mundur beberapa langkah dengan wajah tengadah, lalu dari tengah jalan, seraya mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong di sekitar mulut, aku berteriak sekeras-kerasnya: “Teresa!”
Teknik membuka cerpen dengan aksi mengacu ketat pada prinsip show don’t tell  (tunjukkan, jangan katakan).

Lihat bagaimana Italo Calvino menunjukkan aksi tokoh ‘Aku’ lewat rincian; Menjauh, berjalan mundur, wajah tengadah, mengatupkan tangan
Menunjukkan membuat adegan lebih hidup. ketimbang hanya mengatakanaku berdiri di trotoar dan berteriak memanggil Teresa’.


Sebenarnya masih banyak cara untuk memulai menulis, terutama menulis paragraf pertama, apalagi kalau kita mencari lewat google. Disitu akan muncul banyak blog yang menawarkan tips dan trik atau cara-cara menulis paragraf pertama atau cara menulis yang baik, atau belajar menulis dan lain-lain. 

Intinya dalam membuat paragraf pertama, kita harus bisa menarik pembaca untuk melanjutkan membaca paragraf-paragraf selanjutnya.

Terus bagamana caranya membuat pembaca tertarik?
Karena sekarang jamannya jaman korupsi, dan di negara Indonesia tercinta kita ini terkenal dengan korupsinya, maka cara satu-satunya untuk menarik pembaca adalah dengan cara menyuap. 

Dengan apa kita menyuap pembaca?
Kita menyuap pembaca dengan rasa keingin tauannya, bangkitkan rasa ingin tahu pembaca dengan melemparkan pertanyaan dibenaknya, agar pembaca meneruskan bacaannya. 

Bagaimana caranya kita menyuap pembaca?
Ada beberapa cara untuk menyuap pembaca, agar pembaca tertarik untuk melanjutkan bacaannya keparagraf selanjutnya, diantaranya sebagai berikut:

1. Membuka dengan masalah yang harus diselesaikan oleh karakter
Pembaca ingin tahu bagaimana karakter menyelesaikan masalah ? Perubahan apa yang terjadi pada diri karakter setelah melewati masalah ? (resolusi).

2. Membuka dengan aksi (insiden)
Apa maksud karakter melakukan aksi (insiden) ?

3. Membuka dengan garis besar cerita… TAPI menahan informasi penting mengenai motif; kenapa karakter melakukan sesuatu?

4. Membuka dengan pertanda bahaya (ketegangan)
Apakah karakter berhasil melewati bahaya ? Apa  yang akan terjadi dengannya ?

5. Membuka dengan menampilkan lokasi cerita
Mengapa tempat tersebut istimewa ? Apa hubungan lokasi cerita dengan karakter…dan tema cerita secara keseluruhan?

Ada alasan mengapa kelima pembukaan cerpen diatas lansung memperkenalkan karakternya. Penulisnya tahu sifat dasar manusia. Setelah semua, manusia paling tertarik dengan sesamanya. Itu sebabnya kehadiran karakter, atau nama orang, lansung menarik perhatian pembaca.
Enter your email address to get update from All Of Cinta.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Copyright © 2013. makalah dan skripsi - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger